BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai bahasa pertama dan kedua bagi bangsa Indonesia. Dikatakan bahasa pertama karena ada sebagian kecil masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Jumlah pemakai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu semakin lama semakin bertambah seiring dengan perubahan dalam masyarakat. Dikatakan sebagai bahasa kedua, karena sebagian besar bangsa Indonesia menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
Bagaimana sebenarnya kedudukan bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam dunia pendidikan?.Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Dengan catatan bahasa pengantar di kelas satu, dua, dan tiga sekolah dasar dapat digunakan bahasa daerah. Sebagai mata pelajaran, bahasa Indonesia diajarkan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Bahasa daerah belum semuanya mendapat kesepakatan diajarkan di sekolah.

B. Prumusan Masalah
Bangsa Indonesia terdiri oleh berbagai macam suku bangsa, etnis dan budaya. Setiap suku bangsa memiliki bahasa yang berbeda dan biasa dipergunakan oleh anggota suku tersebut. Dari berbagai suku bangsa ini, salah satunya adalah suku Banjar yang memiliki bahasa suku yaitu bahasa Banjar.
Bahasa Banjar merupakan bagian dari khazanah budaya bangsa. Bahasa ini digunakan oleh etnis yang berdomisili di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Akibat migrasi, penggunaan bahasa ini kini tersebar di daerah lain seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan sebagainya. Bahasa Banjar digunakan oleh mereka yang tinggal dipedesaan maupun diperkotaan. Dalam banyak hal, bahasa Banjar memiliki beberapa kemiripan dengan bahasa Indonesia, juga dengan bahasa daerah lain seperti Melayu, Madura dan Jawa.

BAB II
PEMBAHASAN

1. ASAL USUL SUKU BANJAR
Suku bangsa Banjar diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu.Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,-setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu dan Banjar (Kuala).

Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus, orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar (Kuala) mendiami sekitar Banjarmasin (dan Martapura).

Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu-sama halnya ketika berada di daerah asalnya di Sumatera atau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan asal Jawa.

Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860-, adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke arah pedalaman, terakhir di Martapura, nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.
I. Banjar Pahuluan
Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja, Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit ibukota, masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua kelompok masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga tetapi, setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur.

Jadi meskipun kelompok suku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat, yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri.Untuk kepentingan keamanan, dan atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri.

Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman bubuhan, yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya.
Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalanganmasyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ini nampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak jaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan.Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut membentuknya

II. Banjar Batang Banyu
Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbetuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Selaku warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah.

Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan (dan Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar.

Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.

III. Banjar Kuala
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan, bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar.

Di kawasan ini mereka berjumpa dengan suku Dayak Ngaju , yang seperti halnya dengan dengan masyarakat Dayak Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan , banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam.

Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yangdinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.



2. MATA PENCAHARIAN
Berarti, pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari.Misalnya; pencaharian penduduk desa itu bertani.
“Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya”.
Pada masa kehidupan manusia prasejarah yang mempunyai pola pemikiran sangat sederhana dimana kegiatannya sebatas berburu dan meramu makanan, dalam berburu dan meramu inipun ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhinya yaitu: faktor iklim, kesuburan tanah, keadaan binatang buruan dan lain sebagainya sebagai pendukung kegiatan mereka.
Mata pencaharian tingkat selanjutnya sebagai usaha pemajuan otak manusia adalah bercocok tanam tingkat sederhana. Dimasa ini manusia telah memasuki taraf kehidupan yang lebih baik, dimana pengenalan sistem bercocok tanam tingkat sederhana ini akan sangat mempengaruhi budaya dan peradaban tingkat lanjut karena manusia pada masa ini hidupnya sudah mulai menetap, dengan menempati rumah-rumah yang sudah barang tentu sangat sederhana untuk menunjang kehidupannya. Ada pengaruh lain yang sangat dirasakan akan mengubah struktur dari mata pencaharian itu sendiri yaitu disaat kebutuhan manusia semakin meningkat maka berkaitan dengan penggunaan alat juga akan meningkat pula yang disesuaikan dengan keperluannya. Selain itu pada masa bercocok tanam selanjutnya maka manusia pada zaman itu juga sudah mengenal mata pencaharian sampingan seperti: beternak dan berkebun.
Dengan pola pemikiran yang lebih maju, maka manusia mulai berfikir untuk mencari alat penukar barang, artinya apa ?Sesuatu itu menjadi bernilai apabila kita memerlukannya. Kelajutan dari ini maka dikenalkanlah sebuah sistem sebagai penunjangnya yaitu “sistem barter” barang tertentu ditukar dengan barang yang mungkin nilainya bisa lebih besar atau sebaliknya lebih kecil karena kecendrungan dua sisi inilah maka manusia akan kembali memikirkan sistem barter dirasa berat sebelah apabila nilainya tidak sesuai maka kembali berkembang sistem tukar-menukar dengan menggunakan standar uang.
Lalu dimana tempat terjadinya tukar-menukar tersebut, pada mulanya masih sebatas individu atau antar individu meningkat dari individu dengan komunitas sampai antar komunitas.Disinilah maka muncul istilah pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli.
Lalu apa kaitannya antara mata pencaharian manusia zaman dahulu dengan manusia zaman sekarang. Ada…kita tidak akan bisa lepas dengan masa dahulu maksudnya disini adalah mata pencaharian yang telah ada itu tidak serta-merta ditinggalkan, tetapi lebih dikembangkan agar semakin maju. Maka dari itu sebelum masuk pada sistem mata pencaharian urang banjar, saya akan mendeskripsikan secara singkat tentang perekonomian yang ada di Kalimantan Selatan.
Melihat segi geografis alam Kalimantan sangat subur dengan dialiri sungai-sungai yang mengalir tetap sepanjang tahun, kecendrungan masyarakatnya pun hidup didaerah-daerah dataran rendah dan dekat dengan sungai, corak ekonominya pun sudah beragam yakni ada yang bergerak dibidang peternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan, membuat kerajinan-kerajinan (bisa yang berupa kerajinan tangan skala rumahan atau meningkat skala besar), pengangkutan, mencari barang tambang (berupa emas atau intan istilahnya mendulang), pembuatan kain tradisional, dan lain sebagainya.
System ekonomi tradisional yang ada di Kalimantan Selatan memiliki beberapa kriteria yaitu:
1. Usaha yang dilakukan baru pada tingkat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
2. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana sekali, bahkan tak jarang ada yang dibuat sendiri.
3. Belum terlihat secara tegas atau sama sekali belum terlihat adanya pengkhususan dalam bidang pekerjaan yang digeluti dalam usaha pemenuhan kebutuhan.
4. Belum terlihatnya pemisahan antara hubungan yang bersifat ekonomis dengan hubungan yang bersifat sosial atau kebudayaan dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan.
5. Masih besar semangat kegotong-royongan yang terbina dalam sebuah kegiatan dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan.
6. Pada umumnya belum terlihat peranan dan fungsi pasar sebagai tempat penyaluran hasil barang tersebut.
Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub bidang yaitu:

1. Pertanian
Kehidupan masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya, mengingat kebanyakan penduduk Kal-Sel menyandarkan pendapatannya dalam bidang ini, walaupun untuk usaha sampinganpun juga dilakukan apalagi bagi penduduk yang bertempat tinggal didataran rendah, dataran tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal istilah dalam bertani sendiri, masing-masing mempunyai kata tersendiri untuk menyebutkannya seperti:
Khusus dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti:
o Ladang Tegalan atau Bahuma Gunung
Biasanya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pegunungan seperti pengunungan meratus yang sistemnya masih menggunakan sistem tebang-bakar atau swidden (berpindah) yang menggunakan sistem siklus apabila lahan yang telah digunakan nantinya dapat kembali ditanami apabila telah menjadi belukar. Ini mungkin memerlukan waktu yang relative lama, tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka nantinya tanah tersebut akan tetap diolah.
o Berkebun Kacang Tanah di Gunung atau Bakacang
Khusus daerah Kabupaten Tapin kecamatan Piani, membuka lahannya khusus untuk berkebun kacang tanah. Sehingga urang Banjar sendiri sangat mengenal istilah kacang rantau yang sering di supply untuk daerah-daerah lain dan pasokan kacangpun secara khusus di datangkan dari Rantau.
Khusus dataran rendah, menyebutnya dengan istilah:
o Sawah untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah dimana pada pertanian dataran rendah sendiri berada dialiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan Selatan, dibedakan menjadi:
• Sawah Tahun
Umur padinya sampai berumur 1 tahun, biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tersebar didaerah khusunya seluruh Kal-Sel.
• Bahuma Surung
Menanam bibit padi dilakukan pada saat musim kemarau tiba, dengan panennya saat musim hujan. Bahuma surung ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling Sawah Tahun, hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
• Bahuma Rintak
Kebalikan dari bahuma surung maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim penghujan, sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.
• Bahuma Gadabung
Sama seperti pada sawah tahun, hanya saja dalam hal perbedaan penanaman bibitnya menyesuaikan dengan keadaan musim.Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi mengingat musim yangb tidak menentu.
• Bahuma Penyambung
Mengingat kemungkinan musim hujan yang lama maka dilakukanlah bahuma penyambung ini agar tidak terjadi kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.
o Huma musim untuk musiman biasanya dilakukan setelah penen
Misalnya:
• Batanam gumbili
Jenis yang ditanam biasanya adalah gumbili Negara dan gumbili lancar (karena tanaman ini merayap ditanah).
• Batanam sumangka, waluh, dan jagung
Penanaman dilakukan mengingat waktu jeda antara setelah panen maka bibit yang ditanam biasanya adalah sumangka habang, bilungka langkang, dan mentimun
.
2. Berkebun
Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha jangka panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar diklasifikasikan menjadi:
Khusus daerah dataran rendah dan dataran tinggi dapat mengusahakan perkebunan bidang:


o Kebun rumbia
Jenis perkebunan ini ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai –sungai besar seperti sungai Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dariperkebunan ini adalah sagu, daunnya untuk atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk makan ternak yaitu untuk pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang perkebunan maka usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tapin.
o Kebun nyiur
Merupakan perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam diatas tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang dipetik dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
o Kebun pisang
Pengusahaan Pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan sawah.
o Kebun paring atau bambu
Kebun paring banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti hutan bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
o Kebun hanau atau enau
Jenis pekebunan ini ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses pengambilan sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini merupakan salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula habang.
Dalam proses penyadapan, orangnya harus naik keatas pohon untuk mengambil sari atau nira dan diletakkan didalam bumbung atau sejenis batang pohon bambu yang besar untuk menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah habis menetes yang terkandung) maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi diambil dan disaring untuk memisahkan sari dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya, maka proses selanjutnya adalah perebusan sari sampai cairan tersebut mengental, untuk menghasilkan warana gula merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh sebagian orang diberi parutan kemiri secukupnya. Maka proses terakhir adalah penuangan sari kedalan cetakan khusus.

o Kebun karet
Hampir diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang mengusahakannya, khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten Tanjung, Tabalong,HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk perkebunan karet. Secara umum penjualan hasil karet ini terdapat di daerah Tanjung.
Proses penyadapannya biasanya dilakukan pada saat pagi hari dengan menggunakan alat sejenis pahat dengan cara sebagai berikut:
Pahat tadi digunakan sebagai penoreh batang karet tetapi khususnya dibagian kulit ari batang, dan jangan sampai mengenai kulit bagian dalam batang mengingat apabila terkena maka hasil sadapan tidak terlalu banyak dan batang tersebut menjadi rusak karena proses pelukaan tadi.
Proses awalnya penorehan batang dengan melingkari batang, dengan menggunakan alat tersebut dan ditorehkan dari atas kebawah, sedangkan karet yang keluar di tadahkan dan mengalami proses selanjutnya.
o Kebun lurus
Diusahakan didataran tinggi, dan dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan baku meubel.
o Kebun buah-buahan bermusim
Untuk kebun buah-buahan bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis buah-buahan ini tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan
.
3. Perikanan
A Perikanan darat
o Perikanan disungai besar
1) Kumpai Paiwakan
Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang disatukan, dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada media tersebut.
2) Raba
Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon dan enceng gondok.Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat memancing dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
o Danau
Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai macam ikan yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih menggunakan alat-alat tradisional yang disesuaikan dengan pola musim.
o Sungai paiwakan
Anak-anak sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat perkembangan ikan dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada saat musim penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian tertampung di air rawa.
o Sumur paiwakan
Hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya terdapat kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.


4. Peternakan
• Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran tinggi)
• Peternakan sapi
• Peternakan itik
• Peternakan ayam rumah

5. Meramu
Kegiatan meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
• Meramu galam
• Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
• Meramu halayung dan sirang
• Meramu rotan

6. Kerajinan tangan
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan antara lain:
• Penggosokan intan dan batu-batu alam
• Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
• Kerajinan rotan
• Kerajinan jangkang
• Pertukangan rumah
• Tukang mas
• Kerajinan kuningan
• Pandai besi
• Kerajinan gerabah
• Kerajinan pembuatan kain tradisional
• Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
• Pembuatan anyaman purun
• Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
• Pembuatan kue-kue tradisional
• Kerajinan anyaman bambu



7. Kegiatan perdagangan
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara langsung barang-barang yang akan dijual langsunh dari produsen).

3. INTI SUKU BANJAR
Menurut Alfani Daud (Islam dan Masyarakat Banjar, 1997), inti suku Banjar adalah para pendatang Melayu dari Sumatera dan sekitarnya, sedangkan menurut Idwar Saleh justru penduduk asli suku Dayak (yang kemudian bercampur membentuk kesatuan politik sebagaimana Bangsa Indonesia dilengkapi dengan bahasa Indonesia-nya).


Menurut Idwar Saleh (Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai Akhir Abad ke-19, 1986): " Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari kerajaan Daha dalam bentuk kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk Banjarmasih ketika tahun 1526 didirikan. Dalam amalgamasi (campuran) baru ini telah bercampur unsur Melayu, Jawa, Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama Islam, berbahasa Banjar dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam keraton....Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah group atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan. Yang pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura.Yang kedua tinggal di sepanjang sungai Tabalong dari muaranya di sungai Barito sampai dengan Kelua.Yang ketiga tinggal di kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari.Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik Maanyan, kelompok Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan-etnik Bukit.Ketiga ini adalah intinya.Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, yaitu golongan Kaharingan, dengan ejekan orang Dusun, orang Biaju, Bukit dan sebagainya".

Selanjutnya menurut Idwar Saleh (makalah Perang Banjar 1859-1865, 1991): "Ketika Pangeran Samudera mendirikan kerajaan Banjar ia dibantu oleh orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti patih Balandean, Patih Belitung, Patih Kuwin dan sebagainya serta orang Bakumpai yang dikalahkan. Demikian pula penduduk Daha yang dikalahkan sebagian besar orang Bukit dan Manyan.Kelompok ini diberi agama baru yaitu agama Islam, kemudian mengangkat sumpah setia kepada raja, dan sebagai tanda setia memakai bahasa ibu baru dan meninggalkan bahasa ibu lama.Jadi orang Banjar itu bukan kesatuan etnis tetapi kesatuan politik, seperti bangsa Indonesia.