Kata pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Adapun isi makalah ini yang menjelaskan tentang potensi kelautan dan perikanan Kalimantan timur. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas kosep Ilmu kealaman dasar yang diberikan oleh dosen mata kuliah.

. Perkembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor unggulan bagi pertumbuhan ekonomi, potensi sumberdaya ikan yang cakup besar, di antaranya Wilayah ZEEI (Zone Ekskfusif Indonesia) di laut Sulawesi seluas ±297.813 km². Penangkapan di pantai seluas ±12.000.000 ha, terdapat lahan yang digunakan untuk budidaya air payau seluas ±91.380 ha, di tambang perairan umum seluas 2.773.937.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan agar dapat menerapkan manfaatnya di kehidupan sehari-hari. Saya juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan makalah ini.


BAB 1

A. Latar Belakang

Kalimantan Timur adalah wilayah yang berstatus provinsi di Indonesia. Provinsi ini merupakan salah satu dari empat provinsi di Kalimantan.

Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia, dengan luas wilayah 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur.

Hasil utama provinsi ini adalah hasil tambang seperti minyak, gas alam dan batu bara. Sektor lain yang kini sedang berkembang adalah agrikultur, pariwisata dan industri pengolahan.

Kalimantan timur juga menjadi tujuan kunjungan Pasis Seskoal, karena dinilai mempunyai potensi sumber daya kelautan yang cukup besar. Karena Kalimantan timur mempunyai potensi alam yang sangat baik untuk mengembangkan sector kelautan dan perikanan.

Beberapa daerah seperti Balikpapan dan Bontang mulai mengembangkan kawasan perikanan berbagai bidang demi mempercepat pertumbuhan perekonomian. Sementara kabupaten-kabupaten di Kaltim kini mulai membuka wilayahnya untuk dibuat kawasan perikanan dan lain-lain.

potensi kelautan Kaltim masih sangat potensial untuk dikembangkan. Diakui dari sekian banyak potensi kelautan yang layak dikembangkan, baru ada beberapa potensi yang mulai berkembang yaitu revitalisasi rumput laut dan udang.

B. Tujuan

Untuk mengetaui berbagai macam potensi alam yang ada di Kalimantan timur, terutama dalam bidang kelautan dan perikanan.


BAB II

Pembahasan

1. Optimalkan potensi kelautan di Kalimantan Timur

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur akan meningkatkan kualitas armada nelayan di Kaltim pada 2011 mendatang. Hal itu dilakukan untuk mengoptimalkan kapasitas pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan Kalimantan Timur yang belum digarap maksimal. upaya lain yang akan dilakukan ke depan dalam mengotimalkan ekonomi kelautan Kaltim adalah melakukan diversifikasi kelautan. Hal ini, Kaltim sangat diuntungkan karena berada di alur laut Kepulauan Indonesia (ALKI II). Sehingga, itu menjadikan posisi Kaltim semakin strategis sebagai alur laut perdagangan internasional.

Namun, diperlukan kerja sama antar provinsi guna memaksimalkan potensi kelautan tersebut. Jadi hasil laut tersebut tidak diekspor mentah-mentah, tapi diolah dulu biar ada nilai tambah. Selain itu 10 provensi yang berda di sekitar ALKI II di undang guna menandatangani memorandum of understanding (MoU) kerja sama di bidang kelautan. Yakni, Sulteng, Sulsel, Gorontalo, Sulbar, Bali, NTT, Jatim, Kalsel, dan Kalteng.

  • 2. Budidaya perikanan Kalimantan timur

Potensi perikanan budidaya di Kalimantan Timur cukup besar meliputi budidaya laut, air payau dan air Tawar. Yang sudah banyak dikembangkan sampai saat ini adalah budidaya air payau dan budidaya air tawar ( Kolam dan Diperairan Umum).

Tingkat produksi antara hasil Penangkapan dan hasil budidaya semakin tahun menunjukan kecendrungan persentase hasil budidaya semakin besar, yang diperoleh dari budidaya tambak, budidaya kolam, dan keramba sedangkan budidaya laut tingkat pengembangannya belum optimal.

Budidaya laut daerah yang mempunyai potensi sangat besar untuk pengembangan budidaya laut yaitu : perairan Bontang dan sekitarnya, perairan kabupaten berau ( Perairan Derawan, Maratua dan sekitar, Biduk - biduk dan sekitarnya, tanjung batu dan sekitarnya). Jenis - jenis yang cocok untuk dikembangkan antara lain budidaya ikan kerapu, rumput laut, Tripang, Tiram dan lain - lain. Sedangkan untuk daerah - daerah pantai khususnya di daerah bakau dapat dikembangkan jenis kepiting bakau.

Budidaya air payau hampir semua daerah kabupaten / kota yang ada di Kalimantan Timur mempunyai Potensi untuk pengembangan budidaya air payau kecuali kabupaten kota yang tidak mempunyai perairan laut. Kabupaten ./ Kota yang tingkat eksploitasi hutan bakau untuk kegiatan Tambak cukup besar adalah Kab. Kutai Kertanegara, Pasir, Bulungan, Balikapapan; sedangkan kabupaten lain yang belum banyak di eksploitasi tetapi yang mempunyai potensi yang sangat besar adalah Berau, Kutai timur, bontang danNunukan.

Teknologi yang digunakan dalam pengembangan budidaya payau masih pola tradisional ( Ekstensifikasi ). Dinas Perikanan belum merekomendasi secara luas tentang ajakan budidaya pola intensif karena pembudidaya ikan belum mempunyai kemampuan yang memadai.

Budidaya air tawar Beberapa jenis ikan air tawar yang sudah memasyarakat dan dikembangkan secara luas adalah : Ikan Mas, Ikan Patin ( Pangasius Suchi), nila betutu, lele dumbo dan ikan hias tawar. Penyebaran kawasan budidaya khususnya Ikan Mas, Nila dan Patin yaitu di kabupaten Kutai kertanegara yang sampai saat ini sudah terdapat 106 Kelompok pembudidaya ikan yang dikembangkan dalam bentuk keramba dan kolam. Sedangkan untuk daerah - daerah lain seperti Pasir, Malino, tarakan, Kutai barat, pengembangannya belum maksimal.

3. Perkembanan sektor kelautan dan perikanan

Perkembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor unggulan bagi pertumbuhan ekonomi, potensi sumberdaya ikan yang cakup besar di Kalimantan timur. Perkembangan produksi ikan tangkapan ikan laut, produksi perikanan tambak dan produksi penangkapan perairan umum meningkat dari 99.691 ton tahun 2005 menjadi 101.187 ton pada 2006 dengan rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,5%, Produksi perikanan darat tahun 2005 sebanyak 49.719 ton meningkat menjadi 50.465 ton pada tahun 2006 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,5% produksi ikan perairan umum tahun 2005 meningkat menjadi 30.964 ton pada 2006 rata-rata pertumbuhan sebesar 1,26% pertahun.

Peluang ekspor hasil perikanan sebagian besar ke negara Jepang dan ke beberapa negara tujuan seperti Amerika Serikat, Hongkong, Malaysia, Singapura beberapa negara Eropa. jenis komoditas yang diekspor adalah udang beku (bentuk olahan headless&peeled) yang terdiri atas udang windu dan udang putih, idang segar, ikan tenggiri, ikan hidup berupa ikan berutu, ikan kerapu, lobster serta kepiting, labi-labi, kura-kura dan cacing laut.

4. Permasalahan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan

Kaltim memiliki potensi sumber daya alam di bidang perikanan yang terkandung dalam wilayah perairan dan laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga menjadi modal dalam pembangunan wilayah provinsi Kaltim. Berikut beberapa kendala yang diidentifikasi menjadi potensi hambatan dalam pengelolaan sumber daya Perikanan Kelautan yaitu:

v Permasalahan atas kondisi biofisik lingkungan perairan pesisir dan laut yang kurang mendapat perhatian sebagai faktor utama dalam pengembangan sektor Perikanan Kelautan;

v Permasalahan atas kondisi sosial ekonomi kemasyarakatan di wilayah pesisir dan laut yang masih kurang mendapat perhatian khususnya dari pemerintah daerah setempat;

v Bidang kelembagaan formal pemerintah yang masih bersifat sektoral serta sumber daya manusia bidang perikanan yang belum optimal melakukan fungsi dan tugasnya sebagai akibat keterbatasan skill dan sarana prasarana lapangan;

v Sumber daya fisik wilayah (infrastruktur) yang masih sangat kurang;

v Kurangnya dukungan Suprastruktur dalam menunjang peningkatan usaha melalui penerapan IPTEK produksi Perikanan;

v Belum terbangunnya sistem kemitraan antara pemilik modal dan lembaga keuangan dengan pihak pengelola sumber daya perikanan kelautan (masyarakat lokal).

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai bahasa pertama dan kedua bagi bangsa Indonesia. Dikatakan bahasa pertama karena ada sebagian kecil masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Jumlah pemakai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu semakin lama semakin bertambah seiring dengan perubahan dalam masyarakat. Dikatakan sebagai bahasa kedua, karena sebagian besar bangsa Indonesia menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
Bagaimana sebenarnya kedudukan bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam dunia pendidikan?.Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Dengan catatan bahasa pengantar di kelas satu, dua, dan tiga sekolah dasar dapat digunakan bahasa daerah. Sebagai mata pelajaran, bahasa Indonesia diajarkan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Bahasa daerah belum semuanya mendapat kesepakatan diajarkan di sekolah.

B. Prumusan Masalah
Bangsa Indonesia terdiri oleh berbagai macam suku bangsa, etnis dan budaya. Setiap suku bangsa memiliki bahasa yang berbeda dan biasa dipergunakan oleh anggota suku tersebut. Dari berbagai suku bangsa ini, salah satunya adalah suku Banjar yang memiliki bahasa suku yaitu bahasa Banjar.
Bahasa Banjar merupakan bagian dari khazanah budaya bangsa. Bahasa ini digunakan oleh etnis yang berdomisili di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Akibat migrasi, penggunaan bahasa ini kini tersebar di daerah lain seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan sebagainya. Bahasa Banjar digunakan oleh mereka yang tinggal dipedesaan maupun diperkotaan. Dalam banyak hal, bahasa Banjar memiliki beberapa kemiripan dengan bahasa Indonesia, juga dengan bahasa daerah lain seperti Melayu, Madura dan Jawa.

BAB II
PEMBAHASAN

1. ASAL USUL SUKU BANJAR
Suku bangsa Banjar diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu.Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,-setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu dan Banjar (Kuala).

Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus, orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar (Kuala) mendiami sekitar Banjarmasin (dan Martapura).

Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu-sama halnya ketika berada di daerah asalnya di Sumatera atau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan asal Jawa.

Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860-, adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke arah pedalaman, terakhir di Martapura, nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.
I. Banjar Pahuluan
Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja, Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit ibukota, masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua kelompok masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga tetapi, setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur.

Jadi meskipun kelompok suku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat, yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri.Untuk kepentingan keamanan, dan atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri.

Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman bubuhan, yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya.
Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalanganmasyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ini nampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak jaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan.Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut membentuknya

II. Banjar Batang Banyu
Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbetuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Selaku warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah.

Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan (dan Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar.

Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.

III. Banjar Kuala
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan, bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar.

Di kawasan ini mereka berjumpa dengan suku Dayak Ngaju , yang seperti halnya dengan dengan masyarakat Dayak Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan , banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam.

Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yangdinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.



2. MATA PENCAHARIAN
Berarti, pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari.Misalnya; pencaharian penduduk desa itu bertani.
“Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya”.
Pada masa kehidupan manusia prasejarah yang mempunyai pola pemikiran sangat sederhana dimana kegiatannya sebatas berburu dan meramu makanan, dalam berburu dan meramu inipun ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhinya yaitu: faktor iklim, kesuburan tanah, keadaan binatang buruan dan lain sebagainya sebagai pendukung kegiatan mereka.
Mata pencaharian tingkat selanjutnya sebagai usaha pemajuan otak manusia adalah bercocok tanam tingkat sederhana. Dimasa ini manusia telah memasuki taraf kehidupan yang lebih baik, dimana pengenalan sistem bercocok tanam tingkat sederhana ini akan sangat mempengaruhi budaya dan peradaban tingkat lanjut karena manusia pada masa ini hidupnya sudah mulai menetap, dengan menempati rumah-rumah yang sudah barang tentu sangat sederhana untuk menunjang kehidupannya. Ada pengaruh lain yang sangat dirasakan akan mengubah struktur dari mata pencaharian itu sendiri yaitu disaat kebutuhan manusia semakin meningkat maka berkaitan dengan penggunaan alat juga akan meningkat pula yang disesuaikan dengan keperluannya. Selain itu pada masa bercocok tanam selanjutnya maka manusia pada zaman itu juga sudah mengenal mata pencaharian sampingan seperti: beternak dan berkebun.
Dengan pola pemikiran yang lebih maju, maka manusia mulai berfikir untuk mencari alat penukar barang, artinya apa ?Sesuatu itu menjadi bernilai apabila kita memerlukannya. Kelajutan dari ini maka dikenalkanlah sebuah sistem sebagai penunjangnya yaitu “sistem barter” barang tertentu ditukar dengan barang yang mungkin nilainya bisa lebih besar atau sebaliknya lebih kecil karena kecendrungan dua sisi inilah maka manusia akan kembali memikirkan sistem barter dirasa berat sebelah apabila nilainya tidak sesuai maka kembali berkembang sistem tukar-menukar dengan menggunakan standar uang.
Lalu dimana tempat terjadinya tukar-menukar tersebut, pada mulanya masih sebatas individu atau antar individu meningkat dari individu dengan komunitas sampai antar komunitas.Disinilah maka muncul istilah pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli.
Lalu apa kaitannya antara mata pencaharian manusia zaman dahulu dengan manusia zaman sekarang. Ada…kita tidak akan bisa lepas dengan masa dahulu maksudnya disini adalah mata pencaharian yang telah ada itu tidak serta-merta ditinggalkan, tetapi lebih dikembangkan agar semakin maju. Maka dari itu sebelum masuk pada sistem mata pencaharian urang banjar, saya akan mendeskripsikan secara singkat tentang perekonomian yang ada di Kalimantan Selatan.
Melihat segi geografis alam Kalimantan sangat subur dengan dialiri sungai-sungai yang mengalir tetap sepanjang tahun, kecendrungan masyarakatnya pun hidup didaerah-daerah dataran rendah dan dekat dengan sungai, corak ekonominya pun sudah beragam yakni ada yang bergerak dibidang peternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan, membuat kerajinan-kerajinan (bisa yang berupa kerajinan tangan skala rumahan atau meningkat skala besar), pengangkutan, mencari barang tambang (berupa emas atau intan istilahnya mendulang), pembuatan kain tradisional, dan lain sebagainya.
System ekonomi tradisional yang ada di Kalimantan Selatan memiliki beberapa kriteria yaitu:
1. Usaha yang dilakukan baru pada tingkat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
2. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana sekali, bahkan tak jarang ada yang dibuat sendiri.
3. Belum terlihat secara tegas atau sama sekali belum terlihat adanya pengkhususan dalam bidang pekerjaan yang digeluti dalam usaha pemenuhan kebutuhan.
4. Belum terlihatnya pemisahan antara hubungan yang bersifat ekonomis dengan hubungan yang bersifat sosial atau kebudayaan dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan.
5. Masih besar semangat kegotong-royongan yang terbina dalam sebuah kegiatan dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan.
6. Pada umumnya belum terlihat peranan dan fungsi pasar sebagai tempat penyaluran hasil barang tersebut.
Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub bidang yaitu:

1. Pertanian
Kehidupan masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya, mengingat kebanyakan penduduk Kal-Sel menyandarkan pendapatannya dalam bidang ini, walaupun untuk usaha sampinganpun juga dilakukan apalagi bagi penduduk yang bertempat tinggal didataran rendah, dataran tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal istilah dalam bertani sendiri, masing-masing mempunyai kata tersendiri untuk menyebutkannya seperti:
Khusus dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti:
o Ladang Tegalan atau Bahuma Gunung
Biasanya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pegunungan seperti pengunungan meratus yang sistemnya masih menggunakan sistem tebang-bakar atau swidden (berpindah) yang menggunakan sistem siklus apabila lahan yang telah digunakan nantinya dapat kembali ditanami apabila telah menjadi belukar. Ini mungkin memerlukan waktu yang relative lama, tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka nantinya tanah tersebut akan tetap diolah.
o Berkebun Kacang Tanah di Gunung atau Bakacang
Khusus daerah Kabupaten Tapin kecamatan Piani, membuka lahannya khusus untuk berkebun kacang tanah. Sehingga urang Banjar sendiri sangat mengenal istilah kacang rantau yang sering di supply untuk daerah-daerah lain dan pasokan kacangpun secara khusus di datangkan dari Rantau.
Khusus dataran rendah, menyebutnya dengan istilah:
o Sawah untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah dimana pada pertanian dataran rendah sendiri berada dialiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan Selatan, dibedakan menjadi:
• Sawah Tahun
Umur padinya sampai berumur 1 tahun, biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tersebar didaerah khusunya seluruh Kal-Sel.
• Bahuma Surung
Menanam bibit padi dilakukan pada saat musim kemarau tiba, dengan panennya saat musim hujan. Bahuma surung ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling Sawah Tahun, hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
• Bahuma Rintak
Kebalikan dari bahuma surung maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim penghujan, sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.
• Bahuma Gadabung
Sama seperti pada sawah tahun, hanya saja dalam hal perbedaan penanaman bibitnya menyesuaikan dengan keadaan musim.Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi mengingat musim yangb tidak menentu.
• Bahuma Penyambung
Mengingat kemungkinan musim hujan yang lama maka dilakukanlah bahuma penyambung ini agar tidak terjadi kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.
o Huma musim untuk musiman biasanya dilakukan setelah penen
Misalnya:
• Batanam gumbili
Jenis yang ditanam biasanya adalah gumbili Negara dan gumbili lancar (karena tanaman ini merayap ditanah).
• Batanam sumangka, waluh, dan jagung
Penanaman dilakukan mengingat waktu jeda antara setelah panen maka bibit yang ditanam biasanya adalah sumangka habang, bilungka langkang, dan mentimun
.
2. Berkebun
Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha jangka panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar diklasifikasikan menjadi:
Khusus daerah dataran rendah dan dataran tinggi dapat mengusahakan perkebunan bidang:


o Kebun rumbia
Jenis perkebunan ini ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai –sungai besar seperti sungai Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dariperkebunan ini adalah sagu, daunnya untuk atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk makan ternak yaitu untuk pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang perkebunan maka usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tapin.
o Kebun nyiur
Merupakan perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam diatas tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang dipetik dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
o Kebun pisang
Pengusahaan Pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan sawah.
o Kebun paring atau bambu
Kebun paring banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti hutan bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
o Kebun hanau atau enau
Jenis pekebunan ini ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses pengambilan sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini merupakan salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula habang.
Dalam proses penyadapan, orangnya harus naik keatas pohon untuk mengambil sari atau nira dan diletakkan didalam bumbung atau sejenis batang pohon bambu yang besar untuk menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah habis menetes yang terkandung) maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi diambil dan disaring untuk memisahkan sari dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya, maka proses selanjutnya adalah perebusan sari sampai cairan tersebut mengental, untuk menghasilkan warana gula merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh sebagian orang diberi parutan kemiri secukupnya. Maka proses terakhir adalah penuangan sari kedalan cetakan khusus.

o Kebun karet
Hampir diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang mengusahakannya, khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten Tanjung, Tabalong,HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk perkebunan karet. Secara umum penjualan hasil karet ini terdapat di daerah Tanjung.
Proses penyadapannya biasanya dilakukan pada saat pagi hari dengan menggunakan alat sejenis pahat dengan cara sebagai berikut:
Pahat tadi digunakan sebagai penoreh batang karet tetapi khususnya dibagian kulit ari batang, dan jangan sampai mengenai kulit bagian dalam batang mengingat apabila terkena maka hasil sadapan tidak terlalu banyak dan batang tersebut menjadi rusak karena proses pelukaan tadi.
Proses awalnya penorehan batang dengan melingkari batang, dengan menggunakan alat tersebut dan ditorehkan dari atas kebawah, sedangkan karet yang keluar di tadahkan dan mengalami proses selanjutnya.
o Kebun lurus
Diusahakan didataran tinggi, dan dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan baku meubel.
o Kebun buah-buahan bermusim
Untuk kebun buah-buahan bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis buah-buahan ini tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan
.
3. Perikanan
A Perikanan darat
o Perikanan disungai besar
1) Kumpai Paiwakan
Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang disatukan, dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada media tersebut.
2) Raba
Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon dan enceng gondok.Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat memancing dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
o Danau
Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai macam ikan yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih menggunakan alat-alat tradisional yang disesuaikan dengan pola musim.
o Sungai paiwakan
Anak-anak sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat perkembangan ikan dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada saat musim penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian tertampung di air rawa.
o Sumur paiwakan
Hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya terdapat kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.


4. Peternakan
• Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran tinggi)
• Peternakan sapi
• Peternakan itik
• Peternakan ayam rumah

5. Meramu
Kegiatan meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
• Meramu galam
• Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
• Meramu halayung dan sirang
• Meramu rotan

6. Kerajinan tangan
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan antara lain:
• Penggosokan intan dan batu-batu alam
• Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
• Kerajinan rotan
• Kerajinan jangkang
• Pertukangan rumah
• Tukang mas
• Kerajinan kuningan
• Pandai besi
• Kerajinan gerabah
• Kerajinan pembuatan kain tradisional
• Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
• Pembuatan anyaman purun
• Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
• Pembuatan kue-kue tradisional
• Kerajinan anyaman bambu



7. Kegiatan perdagangan
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara langsung barang-barang yang akan dijual langsunh dari produsen).

3. INTI SUKU BANJAR
Menurut Alfani Daud (Islam dan Masyarakat Banjar, 1997), inti suku Banjar adalah para pendatang Melayu dari Sumatera dan sekitarnya, sedangkan menurut Idwar Saleh justru penduduk asli suku Dayak (yang kemudian bercampur membentuk kesatuan politik sebagaimana Bangsa Indonesia dilengkapi dengan bahasa Indonesia-nya).


Menurut Idwar Saleh (Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai Akhir Abad ke-19, 1986): " Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari kerajaan Daha dalam bentuk kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk Banjarmasih ketika tahun 1526 didirikan. Dalam amalgamasi (campuran) baru ini telah bercampur unsur Melayu, Jawa, Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama Islam, berbahasa Banjar dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam keraton....Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah group atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan. Yang pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura.Yang kedua tinggal di sepanjang sungai Tabalong dari muaranya di sungai Barito sampai dengan Kelua.Yang ketiga tinggal di kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari.Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik Maanyan, kelompok Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan-etnik Bukit.Ketiga ini adalah intinya.Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, yaitu golongan Kaharingan, dengan ejekan orang Dusun, orang Biaju, Bukit dan sebagainya".

Selanjutnya menurut Idwar Saleh (makalah Perang Banjar 1859-1865, 1991): "Ketika Pangeran Samudera mendirikan kerajaan Banjar ia dibantu oleh orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti patih Balandean, Patih Belitung, Patih Kuwin dan sebagainya serta orang Bakumpai yang dikalahkan. Demikian pula penduduk Daha yang dikalahkan sebagian besar orang Bukit dan Manyan.Kelompok ini diberi agama baru yaitu agama Islam, kemudian mengangkat sumpah setia kepada raja, dan sebagai tanda setia memakai bahasa ibu baru dan meninggalkan bahasa ibu lama.Jadi orang Banjar itu bukan kesatuan etnis tetapi kesatuan politik, seperti bangsa Indonesia.

AKHLAK TERPUJI

    • PENGERTIAN AKHLAK

    Akhlak berasal dari perkataan Al Khuluq.Al-Khuluq bererti tabiat atau tingkah laku. Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri manusia yang telah sebati dan daripadanya terbit tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia.Apa saja yang lahir dari manusia atau segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam jiwanya.
    Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, “Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada anggota manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa yang ada dalam hati manusia”.

    Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sifat dan pembawaan dalam hatinya.Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna, tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya, sepertimana pokok, apabila baik akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rosak akar, maka akan rosaklah pokok dan cabangnya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

    “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
    (Al- A’raf: 58)

    Akhlaq yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain:

    “Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”.

    Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:


    “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”
    (Al-Qalam: 4)
      
    Juga dalam firman Allah swt.lagi:


    Orang –orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allah kembali segala urusan.
    (Al Hajj, 22 : 41)

    Firman Allah swt.lagi:

    Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak–anak yatim, orang-orang miskin, (yang memerlukan pertolongngan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan solat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
    (Al-Baqarah, 2: 177)

    Akhlaq yang mulia adalah merupakan tanda dan hasil dari iman yang sebenar.Tidak ada nilai bagi iman yang tidak disertai oleh akhlak. Sebuah athar menyatakan (antara lain, bermaksud):

    “Bukanlah iman itu hanya dengan cita – cita tetapi iman itu ialah keyakinan yang tertanam didalam hati dan dibuktikan dengan amalan”

    Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam pernah ditanya: Apa itu agama? Baginda menjawab: Kemuliaan akhlaq (Husnul Khulq). Bila ditanya tentang kejahatan, baginda menjawab: Akhlaq yang buruk (Su’ul khalq).

    Diriwayatkan dari Annawas bin Sam’an ra. berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang bakti dan dosa, maka jawab Nabi saw. “Bakti itu baik budi pekerti, dan dosa itu ialah semua yang meragukan dalam hati dan tidak suka diketahui orang.” (HR. Muslim)

    Abu Darda berkata, “Bersabda Nabi saw, “Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat daripada husnul Khulq (akhlak yang baik).” (HR. At Tirmidzi)

    Aisyah ra. Berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin yang dapat mengejar budi pekerti yang baik, darjat orang itu sama seperti orang yang terus menerus berpuasa dan solat malam.” (HR. Abu Daud)

    Jabir ra.berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang sangat saya kasihi dan terdekat denganku pada hari kiamat nanti adalah orang terbaik akhlaknya. Dan orang yang sangat aku benci dan terjauh dariku pada hari kiamat nanti adalah orang yang banyak bicara, sombong dalam pembicaraannya, dan berlagak menunjukan kepandaiannya.”(HR.At Tirmidzi).  

    Kekuatan akhlak lahir melalui proses panjang yang memerlukan kesediaan untuk sentiasa memberi komitmen dengan nilai-nilai Islam. Seorang ulama menjelaskan thariqah (jalan) untuk membina akhlak islami adalah dengan kemahuan untuk melaksanakan latihan (tadribat) dan pendidikan (tarbiyah). Setiap muslim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi baik atau buruk, masalahnya adalah sejauh mana usaha kita untuk mendisiplinkan diri dengan nilai-nilai dan amalan Islam bagi melahirkan muslim yang berakhlak ampuh. Malangnya keampuhan akhlak inilah yang sering dilupakan. Malah kian rapuh sehingga hilangnya jatidiri muslim hakiki. Justeru menjadi punca lunturnya sinar Islam pada penghujung zaman.Gejala keruntuhan akhlak yang berlegar di sekeliling kita seperti zina hati, mata, lisan dan seumpamanya meruntun jiwa kita selaku pendokong agama.Keruntuhan yang tidak dikawal pada satu tahap yang minima membawa insan kepada bertuhankan nafsu, lantas melupakan terus Pencipta Yang Maha Esa.

    Islam adalah ajaran yang benar untuk memperbaiki manusia dan membentuk akhlaknya demi mencapai kehidupan yang baik. Islam memperbaiki manusia dengan cara terlebih dahulu memperbaiki jiwa, membersihkan hati dan menanamkan sifat-sifat terpuji. Islam benar-benar dapat membawa manusia untuk mencapai kebahagiaan, kelapangan dan ketenteraman.

    Sebaliknya manusia akan menjadi hina apabila ia merosakkan sifat, pembawaan dan keadaan dalam jiwanya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman :

    “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
     (Ar-Ra’d: 11)
    Di antara ciri-ciri akhlaq yang sewajarnya menghiasi diri seseorang insan supaya ia menjadi seorang muslim yang benar adalah akhlaq-akhlaq berikut:

    1.     Bersifat warak dari melakukan perkara-perkara yang syubhat

    Seorang muslim mestilah menjauhkan dirinya dari segala perkara yang dilarang oleh Allah dan juga perkara-perkara yang samar-samar di antara halal dan haramnya (syubhat) berdasarkan dari hadith Rasulullah yang berbunyi:  

    “Daripada Abu Abdullah al-Nu'man ibn Basyer r.a. beliau berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu nyata (terang) dan haram itu nyata (terang) dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang kesamaran, yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Maka barangsiapa memelihara (dirinya dari) segala yang kesamaran, sesungguhnya ia memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa jatuh kedalam perkara kesamaran jatuhlah ia kedalam yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembala di sekeliling kawasan larangan, hampir sangat (ternakannya) makan di dalamnya. Ketahuilah! Bahawa bagi tiap-tiap raja ada kawasan larangan. Ketahuilah! Bahawa larangan Allah ialah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah! Bahawa di dalam badan ada seketul daging, apabila ia baik, baiklah badan seluruhnya dan apabila ia rosak, rosakkalah sekeliannya. Ketahuilah! Itulah yang dikatakan hati.
    (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)   

    Adapun setinggi-tinggi pencapaian darjat wara’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadith baginda (antara lain, bermaksud):

    “Seorang hamba (Allah) itu tidaklah termasuk dalam martabat golongan muttaqin sehinggalah ia meninggalkan sesuatu perkara yang tidaklah menjadi kesalahan (jika dilakukan tetapi ia meninggalkannya) kerana sikap berhati-hati dari terjerumus ke dalam kesalahan”

    2.     Memelihara penglihatan.

    Seseorang muslim itu mestilah memelihara pandangan daripada melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah kerana pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang syahwat dan boleh membawa ke kancah pelanggaran dan maksiat. Sehubungan dengan ini Al-Quranul Karim mengingatkat orang –orang mu’min supaya memelihara diri dari penglihatan yang tidak memberi faedah, firman Allah Subahanu Wata,ala:

    Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
     (An-Nur: 30)

    Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam pula bersabda (antara lain, bermaksud):

    “Pandangan itu ada satu panahan dari panahan iblis”

    Baginda juga mengingatkan (antara lain, bermaksud):

    “Hendaklah kamu memelihara pandangan kamu, menjaga kehormatan (kemaluan) kamu atau Allah akan menghodohkan wajah kamu.”
                                              (Hadith Riwayat At Tabrani)

    3. Memelihara Lidah

    Seseorang muslim itu mestilah memelihra lidahnya dari menuturkan kata-kata yng tidak berfaedah, perbualan-perbualan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong, mengumpat, mengeji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahumullah mengatakan. “ketahuilah, seorang mukallaf itu sewajarnya menjaga lidahnya dari sebarang percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila bercakap dan berdiam diri adalah sama sahaja hasilnya, maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri kerana percakapan yang diharuskan mungkin membawa kepada yang haram atau makruh. Kejadian demikian telah banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah jarang.”

    Sebenarnya banyak dari hadith-hadith Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam yang menerangkan keburukan dan bencana lidah ke atas empunya diri (antara lain):

    “Tidaklah dihumbankan muka manusia kedalam neraka itu sebagai hasil tuaian (jelek) lidahnya”
    (Hadith riwayat Al Tarmizi)

    Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam juga bersabda:

    “Bukanlah ia seorang mu’min (jika) jika ia suka menuduh, melaknat, bercakap kotor dan keji.”
    (Hadith riwayat At Tarmizi)

    Sabda baginda lagi:

    “Sesiapa yang banyak bercakap, maka banyaklah kesalahannya, sesiapa yang banyak kesalahannya, maka banyaklah dosanya, dan sesiapa yang banyak dosanya, api nerakalah paling layak untuk dirinya.”
    (Diriwayatkan oleh Baihaqi)


    4. Bersifat Pemalu.

    Seorang muslim mestilah bersifat pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya menghalangnya memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup seta memadai sekadar yang ada dan sifat-sifat seumpamanya. Diceritakan dari Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bahawa baginda adalah seorang yang sangat pemalu, lebih pemalu dari anak gadis yang berada di balik tabir.

    Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda:

    “Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang, maka yang paling utama ialah ucapan Lailaha Illallah (Tidak ada Tuhan yang sebenar melainkan Allah) dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan. Dan sifat malu ialah satu cabang dari Iman”

    Berhubung dengan sifat malu ini para ulama’ mengatakan: “Hakikat malu itu ialah sifat yang menggerakkan seseorang itu meninggalkan kejahatan, dan menghalangnya dari mencuaikan hak orang lain.

    5. Bersifat Lembut dan Sabar

    Di antara sifat-sifat yang paling ketara yang wajib tertanam di dalam diri seseorang Muslim ialah, sifat sabar dan berlemah lembut kerana kerja-kerja untuk Islam akan berhadapan dengan perkara-perkara yang tidak menyenangkan, malah jalan da’wah sememangnya penuh dengan kepayahan, penyiksaan, penindasan, tuduhan, ejekan dan persendaan yang memalukan. Halangan–halangan ini sering dihadapi oleh para petugas ‘amal Islami sehingga himmah mereka menjadi pudar, gerakan menjadi lumpuh malah mereka mungkin terus berpaling meninggalkan medan da’wah.

    Dari keterangan ini jelaslah, tugas dan tanggungjawab seorang pendakwah adalah satu tugas yang amat sukar.Ia bertanggungjawab menyampaikan da’wah kepada seluruh lapisan manusia yang berbeza kebiasaan, taraf pemikiran dan tabi’atnya. Da’i akan menyampaikan da’wahnya kepada orang-orang jahil dan orang-orang ‘alim, orang yang berfikiran terbuka dan yang emosional (sensitif), orang yang mudah bertolak ansur dan yang keras kepala, orang yang tenang dan yang mudah tersinggung. Oleh yang demikian ia wajib menyampaikan da’wah kepada semua golongan itu sesuai dengan kadar kemampuan penerimaan akal mereka. Ia mestilah berusaha menguasai dan memasuki jiwa mereka seluruhnya. Semua ini sudah pasti memerlukan kekuatan dari kesabaran yang tinggi, ketabahan dan lemah lembut.

    Oleh itu kita dapati banyak ayat-ayat Al-quran dan hadith Nabi menganjur dan mengarahkan agar seorang da’i itu berakhlak dengan sifat-sifat sabar, lemah lembut dan berhati-hati.

    • Arahan-arahan Dari Al-Qur’an:

    Di antara arahan-arahan al-qur’an ialah:

    Firman-firman Allah:


    “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”.
    (Al-Syura, 42: 43)


    “Maafkanlah mereka dengan cara yang baik”
    (Al-Hijr, 15: 85)


    “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
    (Az-Zumar, 39: 10)


    “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?”.
    (An-Nur, 24 : 22)

    “Dan apabila orang-oran jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandungi) keselamatan”.
    (Al-Furqan 25 :63)

    •  Arahan-arahan dari hadith-hadith Nabi.

    Di antara arahan-arahan dari hadith-hadith Nabi ialah:

    Sabda-sabda Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam (yang bermaksud, antara lain):

    “Sesungguhnya seorang hamba itu akan mencapai darjat orang-orang yang berpuasa serta bersembahyang malam dengan sifat lemah-lembutnya.”

    “Mahukah aku memberitahu kamu suatu perkara yang dengannya, Allah akan memuliakan binaan (kedudukan seseorang) dan mengangkatnya kepada beberapa darjat ketinggian. Mereka menjawab: Ya wahai Rasulullah. Baginda bersabda: “Berlemah-lembutlah kamu terhadap orang jahil, maafkanlah orang yang menzalimi kamu, hulurkanlah pemberian kepada orang yang menahan pemberiannya kepadamu dan sambunglah ikatan silaturrahim terhadap orang yang memutuskannya terhadap kamu.”
      
    “Apabila Allah Subhanahuwata’ala telah menghimpunkan makkhluknya di hari kiamat, penyeru pada hari itu pun menyeru; “Di manakah orang-orang yang mempunyai keistimewaan”. Baginda bersabda: Lalu bangun segolongan manusia dan bilangan mereka adalah sedikit. Mereka semua bergerak dengan cepat memasuki syurga lalu disambut oleh para malaikat. Kemudian mereka ditanya: “Apakah keistimewaan kamu”. Mereka menjawab: “Adalah kami ini apabila dizalimi kami bersabar, apabila dilakukan kejahatan kepada kami, kami berlemah-lembut”, lalu dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu ke dalam syurga kerana ia adalah sebaik-baik ganjaran bagi orang yang beramal”

    • Contoh-contoh praktikal dari Nabi:

    1.      Pada hari peperangan Hunain seorang (yang tidak puas hati dengan          pembahagian rampasan perang) berkata: “Demi Allah, sesungguhnya ini adalah pembahagian yang tidak adil dan tidak bertujuan mendapat keredhaan Allah”. Setelah diceritakan kepada Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam baginda bersabda:

    “Semoga Allah merahmati Nabi Musa kerana ia disakiti lebih dari ini tetapi ia sabar”.

    2.      Anas Radiyallahu anh telah berkata:

    “Pada suatu hari Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam telah memasuki sebuah masjid.Ia memakai kain selendang buatan najran yang kasar buatannya. Tiba-tiba seorang Arab Badwi datang dari arah belakang baginda lalu menarik kain tersebut dari belakang sehingga meninggalkan bekas di leher baginda. Badwi tersebut berkata : “Wahai Muhammad, berikanlah kepada kami harta Allah yang ada di sisimu, lalu Rasulullah berpaling kepadanya dengan wajah yang tersenyum dan baginda bersabda: “Perintahkan kepada yang berkenaan supaya berikan kepadanya.”

    3.      Abu Hurairah menceritakan:

    “Bahawa seorang Arab Badwi telah berkata kepada Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam: “Wahai Muhammad bawalah gandum ke atas dua ekor untaku, kerana kalau engkau buat begitu ia bukan harta engkau dan bukan juga harta bapa engkau”. Kemudian ia menarik kain selendang Rasulullah sehingga meninggalkan kesan kemerahan di leher baginda. Lalu Rasulullah memerintahkan supaya membawa kepada Badwi tersebut seguni gandum dan tamar”.

    4.      Al-Tabrani menceritakan:

    “Bahawa seorang wanita berkata lucah (yakni ucapan yang menimbulkan berahi) kepada sekelompok lelaki, kemudian ia lalu dihadapan Nabi Sallallahu’alaihiwasallam ketika Nabi sedang memakan roti berkuah di atas tanah. Kemudian wanita itu berkata: “Lihatlah kamu kepadanya, ia duduk seperti seorang hamba abdi dan ia makan seperti seorang hamba abdi”.

    5.      Abu Hurairah radiallahu anh menceritakan:

    “Bahawa seorang leleki berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai kaum kerabat yang selalu saya hubungi mereka tetapi mereka semua memutuskan hubungan dengan saya, saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jahat terhadap saya, saya berlemah-lembut dengan mereka tetapi mereka bersikap keras terhadap saya.” Lalu baginda bersabda : “Jika sekiranya engkau berbuat seperti yang engkau katakan seolah-olah engkau menjemukan mereka dan engkau tetap akan mendapat pertolongan dari Allah selama engkau berbuat demikian”.

    6.      Pada suatu ketika datang seorang yahudi menuntut hutang dengan Rasulullah dengan berkata: “Kamu dari Bani Abd.Manaf adalah bangsa yang suka melambat-lambatkan pembayaran hutang”. Ketika itu Umar Ibn Al-Khattab ada bersama dan ia hampir memenggal leher Yahudi itu, lalu Rasulullah berkata kepadanya: “Wahai Umar, sepatutnya engkau menyuruhnya meminta kepadaku dengan cara yang baik dan menuntut aku juga membayar dengan baik”.

    7.      Diriwyatkan bahawa Nabi Isa Alaihissalam bersama para pengikut setianya (Hawariyyun) dari satu kampung ke satu kampung yang lain kerana berda’wah. Lalu di dalam da’wahnya itu ia bercakap kepada manusia dengan cara yang baik, sebaliknya mereka membalasnya dengan kata-kata yang buruk, kutukan dan maki-hamun. Para pengikut setia itu merasa hairan terhadap tindakan itu lalu mereka bertanya tentang rahsia perbuatan sedemikian. Baginda berkata: “Setiap orang itu mengeluarkan (membelanjakan) apa yang ada padanya”.

    Semua peristiwa di atas dan peristiwa lainnya menjadi bukti yang menguatkan lagi tuntutan ke atas para penda’wah supaya bersifat lemah-lembut, sabar dan belapang dada khususnya apabila cabaran-cabaran yang menyakitkan itu datangnya dari kaum kerabat, sahabat-handai, orang-orang yang dikasihi, teman-teman rapat dan saudara mara kerana sifat-sifat lemah-lembut, sabar dan berlapang dada itu akan menghasilkan kasih-sayang, kelembutan hati dan menghapuskan perpecahan serta perbezaan. Cukuplah oleh seorang penda’wah itu mendapat apa yang diredhai oleh Allah.

    6. Bersifat Benar dan Jujur.

    Seorang muslim itu mestilah bersifat benar dan tidak berdusta. Berkata benar sekalipun kepada diri sendiri kerana takut kepada Allah dan tidak takut kepada celaan orang. Sifat dusta adalah sifat yang paling jahat dan hina malahan ia menjadi pintu masuk kepada tipu daya syaitan. Seorang yang memelihara dirinya dari kebiasaan berdusta bererti ia memiliki pertahanan dan benteng yang dapat menghalang dari was-was syaitan dan lontaran-lontarannya. Berhati-hati dan memelihara diri dari sifat dusta akan menjadikan jiwa seorang itu mempunyai pertahanan dan benteng yang kukuh menghadapi hasutan dan tipu daya syaitan. Dengan demikian jiwa seseorang akan sentiasa bersih, mulia dan terhindar dari tipu daya syaitan. Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa dan membawa kehinaan kepada peribadi insan.Lantaran itu Islam mengharamkan sifat dusta dan menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yang dilaknat.

    Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda (yang bermaksud, antara lain):

    “Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu membawa ke syurga.Seseorang yang sentiasa bersifat benar hinggalah dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang benar.Dan sesungguhnya sifat dusta itu membawa kepada kezaliman (kejahatan) dan kejahatan itu membawa ke neraka.Seorang lelaki yang sentiasa berdusta sehinggalah dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta”.
    (Muttafaqun ‘alaihi)

    7. Bersifat rendah diri

    Seseorang mislim mestilah bersifat tawadhu’ atau merendah diri khususnya terhadap saudara-maranya yang muslim dengan cara tidak membezakan (dalam memberi layanan) sama ada yang miskin maupun yang kaya. Rasulullh Sallallahu’alaihiwasallam sendiri memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga diri). Baginda bersabda (antara lain, bermaksud):

    “Tidak akan memasuki syurga sesiapa yang di dalam hatinya terdapat sebesar zarah (sedikit) sifat takbur.”
    (Hadis Riwayat Muslim)

    Di dalam hadith qudsi Allah berfirman :

    “Kemuliaan itu ialah pakaianKu dan membesarkan diri itu ialah selendangKu.Sesiapa yang cuba merebut salah satu dari keduanya pasti Aku akan menyeksanya”.
    (Hadith Qudsi riwayat Muslim)

    8. Menjauhi sangka buruk dan mengumpat

    Menjauhi sangka buruk dan mengintai-intai keburukan orang lain. Oleh itu seorang itu mestilah menjauhi sifat-sifat ini kerana mematuhi firman Allah:

    “Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi penyayang”.
    (Al-Hujurat, 49 : 12)


    Allah berfirman lagi:

    “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
    (Al-Ahzab, 33 : 58)

    Dan Rasulullah bersabda (antara lain, bermaksud):

    “Wahai golongan yang beriman dengan lidahnya sahaja, sedang iman belum memasuki hatinya, janganlah kamu mengumpat orang-orang Islam yang lain dan janganlah kamu mengintai-intai keburukan mereka, kerana sesiapa yang mengintai-intai keburukan saudaranya, Allah akan membongkar keburukannya sekalipun ia berada di dalam rumahnya.”
    (Hadith riwayat Abu Daud)

    9. Bersifat pemurah

    Seorang muslim mestilah bersifat pemurah, sanggup berkorban dengan jiwa dan harta bendanya pada jalan Allah. Di antara cara yang dapat menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dengan cara memintanya membelanjakan wang ringgit kerana berapa banyak dari kalangan mereka yang berkedudukan, berharta dan berpangkat gugur dari jalan ini, lantaran rakus terhadap mata benda. Di dalam Al-Qur’an Al-Karim sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang menjelaskan ciri-ciri keimanan yang dikaitkan dengan sifat pemurah.

    Diantaranya:


    “Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.”
     (Al-Anfal, 8: 3)

    “Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) maka pahalanya itu untuk diri kamu sendiri.Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan kerana mencari keredhaan Allah.Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan nescaya kamu akan diberikan pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak dianiayai”.
    (Al-Baqarah, 2 : Ayat 272)

    Orang-orang yang bakhil atau kikir seharusnya mendengar dan mengambil pelajaran dari pesanan Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam (antara lain, bermaksud):

    “Tidak ada suatu haripun yang dilalui oleh seorang hamba kecuali (hari-hari) didatangi oleh dua malaikat lalu seorang darinya berdo’a : “Ya Allah, berikanlah ganti kepada si hamba yang menafkahkan hartanya”. Manakala malaikat yang ke dua berdo’a : “Ya Allah, berikanlah kebinasaan kepada sihamba yang bakhil ini”.

    10. Qudwah Hasanah (Suri teladan yang baik)

    Selain dari sifat-sifat yang disebutkan di atas, seorang muslim mestilah menjadikan dirinya contoh ikutan yang baik kepada orang ramai. Segala tingkah lakunya adalah menjadi gambaran kepada prinsip-prinsip Islam serta adab-adabnya seperti dalam hal makan minum, cara berpakaian, cara pertuturan, dalam suasana aman, dalam perjalanan malah dalam seluruh tingkah laku dan diamnya. Membina diri menajdi suri teladan merupakan peranan besar yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah saw. Firman Allah swt yang bermaksud:

    "    Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah " ( Surah al Ahzab : Ayat 21 )